GAUNG, proyek baru yang diprakarsai tiga produser musik: Ari Wulu, Wok The Rock, Andre Siagian bersama Leilani Hermiasih, musisi sekaligus peneliti, memberi napas pada format festival musik yang mulai kembang-kempis dan cenderung membosankan. Gaung tidak hanya mengedepankan karya musik elektronik dari banyak musisi dan kolektif tetapi turut mengelupasi persolan lalu mempertajam proses pengaryaan dari banyak area.
“Biasanya kan kalau festival musik itu hanya satu hari, dua hari tetapi Gaung lebih panjang, punya kurun waktu,” kata Ari Wulu saat jumpa media di Gayam 16 Selasa (6/5/2025) sore.
Ada empat program besar yang dibabar Gaung dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Program pertama adalah Gaung Rumakit. Gaung mengundang banyak kolaborator, dari kolektif, inisiatif, sampai program-program musik dan penunjangnya yang konsisten hadir dalam dua tahun terakhir di Jogja.

“Kami berkumpul, berkenalan, lalu menyampaikan keluh kesah sampai harapan. Dari sana program berlanjut ke RTFM,” sambung Wok The Rock.
RTFM sendiri berbentuk diskusi publik berupa ceramah, percakapan, debat, sampai musyawarah. Program ini dirancang untuk mempertebal wacana di skena musik elektronik dan eksperimental. Ada empat topik yang digelar sejak Selasa (6/5/2025) sampai Rabu (7/5/2025).
Topik pertama tentang penciptaan musik digital bersama Rully Sabhara (Senyawa) dan Wok The Rock. Kedua, tata kelola suara dalam pertunjukan musik elektronik dikomandoi PaK Ting dan Ari Wulu. Ketiga, bedah buku ‘Forensik Synthesis’ yang ditulis Lintang Raditya bersama Leilani Hermiasih. Terakhir, diskusi tentang praktik musik elektronik dan relasinya dengan media sosial bersama Jesslyn Juaniata dan Andreas Siagiaan.
“Beberapa bulan kemudian, setelah diendapkan dan dipikirkan baik secara bersama atau sendiri-sendiri kita kumpul lagi dalam program Salon Gaung. Di sana kita mengasah keterampilan bersama,” tambah Wok The Rock.
Program terakhir adalah Gaung Gumaung. Skala program ini lebih besar dan terkoneksi dengan para kolaborator yang aktif sejak Gaung Rumakit. Gaung Gumaung rencananya akan berlangsung selama tujuh hari, berfokus pada musik elektronik dan ekosistemnya. Gaung Gumaung bermaksud menghadirkan sebuah rangkuman program-program dan aktivitas musik elektronik dan ekosistemnya selama dua tahun terakhir di Jogja.
“Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak musisi elektronik di Jogja yang sudah tembus internasional, sayangnya kurang teramplifikasi (digaungkan). Bukan tidak mungkin nantinya akan lebih banyak lagi,” pungkas Ari Wulu.
Simak perkembangan dan informasi tentang festival ini di media sosial Gaung: @gauuuung.
Leave a Reply