Skandal: Nostalgia Kecil dalam Video Musik Utara
Foto: Je Pamungkas

Skandal: Nostalgia Kecil dalam Video Musik Utara

Skandal bersama Pour Pictures merilis video musik ‘Utara’ baru-baru ini. Video musik arahan Vian Novian itu bisa ditonton di saluran YouTube Maternal Disaster.

Skandal bersama Pour Pictures merilis video musik ‘Utara’ baru-baru ini. Video musik arahan Vian Novian itu bisa ditonton di saluran YouTube Maternal Disaster.

Skandal, Pour Pictures, bersama mereka yang mendukung produksi sampai publikasi audio dan visual ‘Utara’ merayakannya di Cookroom234 Minggu (27/4/2024) malam dengan sederhana. Tanpa tumpeng. Hanya kumpul-kumpul dengan pendengar dan fans didahului screening, talkshow, ditutup penampilan Skandal set akustik.

“Kenapa ini dinamakan ‘Bertemu di Utara’ karena sejak dulu kami sering sekali nongkrong di sini dan sepertinya bakalan asyik saja di sini, sedikit nostalgia,” kata Robertus Febrian Valentino, komposer ‘Utara’.

Nostalgia memang kata kunci ‘Utara’. Lagu dan video musiknya bicara demikian. Video musik yang ditulis Vian Novian dan Bagas Iman itu berupaya menyajikan dua era dengan alur mundur. Mereka menarik garis waktu dalam mencukil roman yang tumbuh di tengah circle anak muda kelas menengah atas, barangkali 25-30 tahun dari adegan pembuka.

Mereka yang akrab atau tumbuh di tengah kultur 90an bakal mudah menebak latar waktunya. Penandanya cukup banyak. Mulai dari topi berlogo Orlando Magic, ketika Penny Hardway dan Shaquile O’Neil menyamai popularitas Jordan dengan Bulls atau Patrick Ewing dengan Knicks di Indonesia di awal 90an, diary, sampai aktivitas karaoke rumahan yang menjamur di tahun yang sama.

Yang terakhir benar-benar membangkitkan nostalgia. Masa di mana kos dan rumah kawan adalah tempat nongkrong ternyaman. Era ketika kenal dengan keluarga teman dan pacar adalah hal biasa, bukan tanda menuju jenjang yang lebih serius. Tanda penghormatan, bahwa mereka yang dekat dengan kita adalah anak atau keluarga dari seseorang.

Meski banyak ornamen dekoratif yang lepas dari latar waktu dan masih cukup jauh dari nuansa lawas seperti dalam estetika Catatan Si Boy Onky Alexander atau Lupus era Ryan Hidayat dan Hilman, video musik ini dibuat dengan sinematografi yang efektif sehingga cukup menyenangkan disimak.

Selain itu video musik ini bisa menjadi lubang kunci bagi penikmat musik atau generasi yang tertarik mengintip kultur 90an.