Gremory X Sabina Stella: UTUH
Foto: Feriandanu

Gremory X Sabina Stella: UTUH

Gremory X menggandeng Sabina Stella untuk melontarkan kisah gelap bin kejam yang terjadi di sekitar baru-baru ini.

Gremory X menggandeng Sabina Stella untuk melontarkan kisah gelap bin kejam yang terjadi di sekitar baru-baru ini.

Pendengar yang belum fasih berbahasa Jepang atau sedikit mengetahui kosakata populer negeri matahari terbit itu akan mendapat pemahaman dan gambaran tentang apa ‘Utuh’ itu mulai hitungan 2:16: mutilasi.

Latar suara memberi tahu tentang isi lagu sepanjang tiga menit lima puluh lima detik itu sedangkan keroncong difungsikan sebagai petanda. Membantu pendengar mengklarifikasi sekaligus melacak arah atau landmark dalam konstruksi peta geografis.

Itulah yang membuat ‘Utuh’ Germory X Sabrina Stella ini menarik. Keroncong dan latar suara tidak sekadar diletakkan untuk memenuhi unsur estetika atau keekletikan musik saja melainkan sebagai bahasa. Begitu juga dengan perpindahan sukat, menjadi bahasa dalam mengelupasi tema gelap ini. Patahan demi patahan itu melambangkan aktivitas kejam.

Peneterasi vokal Sabina Stella belum cukup dalam apalagi ketika ‘Utuh’ diputar di platform dengar dengan penyaring suara ekstrem. Mendengarkan lagu ini melalui pemutar fisik—seandainya mereka merilis album berformat fisik—adalah cara terbaik sehingga setiap ornamen dan elemen yang mereka tatah terdengar jernih.

Tema-tema gelap—yang terinspirasi atau replikasi dari peristiwa nyata—semacam ‘Utuh’ ini mulai populer lagi ke tengah pendengar musik setelah teknologi mendorong musisi menjelajah ke banyak area. Apalagi setelah bertemu seorang perempuan berusia 14 tahun yang tewas setelah dirudapaksa lalu disiksa dengan obor oleh Gerald Arthur Friend pada 1987 dalam ‘Polly’ Nirvana atau Tara Brown via ‘A Day In The Life’ The Beatles.