Archiblues Ungkap Proses Belasan Tahun, Ada Nama Ismeth Zima
Archiblues jamming di tengah talk show (Foto: abykto)

Archiblues Ungkap Proses Belasan Tahun, Ada Nama Ismeth Zima

Perjalanan Archiblues kerap bertemu dengan tikungan dan tebing tidak terduga-duga. Benturan dan kejutan di tiap keloknya memberi tahu bahwa pada saat itu mereka belum cukup bagus membuat album.

Perjalanan Archiblues kerap bertemu dengan tikungan dan tebing tidak terduga-duga. Benturan dan kejutan di tiap keloknya memberi tahu bahwa pada saat itu mereka belum cukup bagus membuat album.

Archiblues akhirnya membabar release party album penuh perdana Unstopable Journey di Stairs Prawirotaman Sabtu (22/2/2025) malam. Perayaan yang turut menyeret Andreas Ivan Jensen, Marsel Yanto, dan Blue Brass Ensembel itu didahului talk show.

Talk show dimoderatori Desta Wasesa, founder musikjogja.id. Archiblues menyingkap banyak tirai, memperlihatkan gambar demi gambar, cerita yang mereka simpan selama 12 tahun perjalanan. Yang belum pernah atau lupa disampaikan.

“Kalau nggak ada Bang Ismeth (Zima) kami mungkin tidak akan pernah rekaman. Dia memberikan tantangan bagi Archiblues ketika awal terbentuk, ‘sekarang coba kalian bikin lagu sendiri, rekaman’. Itu awal mulanya,” kisah Faizal Aditya (bass).

Talk Show release party Unstoppable Journey (Foto: Abykto)

Jawaban itu mengantar Faiz, Aonk (gitar), dan Ziyan masuk ke pintu nostalgia lebih dalam. Mereka mengenang betapa sulitnya membagi waktu antara ngeband dan kuliah. Tugas-tugas kampus tidak hanya menyita waktu tetapi juga uang. Padahal sewa studio juga butuh uang.

“Akhirnya belajar sendiri-sendiri dulu. Mengasah musikalitas kami dari apa yang ada, benar-benar mematangkan diri secara personal dan ketika ketemu di studio langsung garap ide. Nggak buang waktu,” sambung Faiz.

Sejak awal ngeband, anak-anak Archiblues sudah punya banyak rencana. Sebagaimana band-band yang mereka kenal di lingkar terdekat maupun dalam layar kaca, Archiblues ingin punya album penuh. Mereka babat alas. Buka jalan. Membangun jaringan agar bisa main di luar kampus. Tur ke luar Jogja. Merancang taktik dan strategi sedemikian rupa.

Mini album bertajuk ‘Opera Soul’ lahir setelah delapan tahun berencana. Perjalanan sepertinya makin mudah setelah mereka menandatangani kontrak tur dengan sebuah brand besar. Namun, kisah-kisah cenderung berkembang. Ke luar dari diri mereka. Keluar pula dari rencana awal yang mereka rancang.

Perjalanan setiap personel bertemu dengan tikungan dan tebing tidak terduga-duga. Benturan dan kejutan di tiap keloknya menyadarkan bahwa mereka belum cukup bagus. “Kami kan nggak punya vokalis sehingga aku yang menyanyi. Ada banyak kritik dari teman-teman dan senior yang buatku sangat penting. Sebagai vokalis, peneterasi suaraku terhadap musik Archiblues belum bagus,” sambung Aonk.

Archiblues jamming di tengah talk show (Foto: abykto)

Mereka kembali bertapa di studio. Menjalani jamming demi jamming. Kembali bertukar gagasan. Bongkar pasang lagu-lagu yang sudah kelar. Keluar masuk studio rekaman, berdiskusi dengan banyak sound engineer. Bagaimanapun, itulah aktivitas yang terpaut dengan kehendak untuk terus merawat yang mereka yakini sejak awal. Bahwa musik bukan sekadar produk dengan nilai tukar. Nilai jual.

“Kami ingin memainkan apa yang kami yakini, kami rasakan. Dan salah satu cara mengukur feel atau rasa adalah dengan memperbaiki teknik bermusik. Tidak hanya soal peneterasi vokal tetapi juga keras lembutnya pukulan dan kapan harus bermain demikian, sukat, dan lain sebagainya. Kami juga nggak mau rekaman ‘yang penting jadi’ karena orang suka,” beber Ziyan.

Album penuh datang 12 tahun pasca terbentuk. Empat tahun usai mini album. Menyita banyak waktu, tenaga, dan materi yang tak sedikit. Album ini memampas sedikit mimpi mereka. Mencukil harapan untuk terus bersama-sama. Sesuatu yang mereka tumpahkan dalam ‘Sailing on The Sea’, track terakhir dalam Unstoppable Journey. Namun, hasilnya toh sepadan.

“Album ini adalah sintesis terhadap proses panjang yang kami lewati, secara kolektif maupun personal. Kami memang tidak bisa memenuhi harapan semua orang tetapi setidaknya, kami, bertiga, ada di setiap track,” tutup Faiz.