Bagi penikmat gigs yang tergila-gila pada Blues, Funk, dan Funk Rock, Archibues: Ziyan (drum), Faiz (bass, vokal), dan Aonk (gitar, vokal) adalah jaminan mutu. Performa mereka selalu bikin punggung basah. Bass dan drum yang saling serang ditambah permainan gitar yang memikat kerap melahirkan pisuhan—dalam konteks pisuhan sebagai pujian—di depan hidung mereka sendiri.
12 tahun Archiblues nge-band. Dari panggung ke panggung, gigs ke gigs, sesi dengar menuju sesi dengar lainnya sembari merangkumi setiap tanya: ‘kapan sih band ini merilis album penuh?’ yang lahir dari premis populer di kalangan musisi bahwa album penuh adalah pencapaian tertinggi sebuah band.
“Unstoppable Journey” menjawab tiap tanya itu. Album penuh yang rilis 14 Desember 2024 lalu itu bukti bahwa sepanjang 12 tahun ini mereka juga punya premis yang sama. Album yang tidak datang hanya sebagai jawab atas setiap tanya tetapi juga padatan atas perjalanan yang tidak mudah dalam rimba musik Indonesia.Perjalanan itu mereka tangkup dalam sembilan track.
Dibuka track instrumental berjudul ‘Unstoppable Journey’ yang dekat dengan Funk 80an. Menyisipkan clav lalu menatanya dengan modular synth, piano, organ, di atas beat yang kerap mereka mainkan. Eksploratif, dan saya duga di lagu ini mereka bicara perjalanan selama 12 tahun yang tidak mudah. Penuh eksplorasi dan petualangan. Naik turun emosi yang begitu cepat diselingi sentimentalitas lembut yang menyergap.
Kesan serupa ada dalam ‘Midnight Shade’. Track selanjutnya, ‘Dancing With The Martian’ membawa era funky disko-nya Tina turner dan Rick James. Banyak kenakalan dalam ‘Good Old Days’ hingga ‘Save Me’.
Album ini ditutup ‘Sailing On The Sea’ yang berkolaborasi dengan Setyawan Cello. Lagu terakhir ini paling kalem. Manis. Menyingkap sisi terlembut Archiblues yang belum pernah muncul sebelumnya. Buat saya, lagu ini adalah medium sekaligus momen terbaik Aonk—dengan karakter vokalnya—dalam bernyanyi dibanding delapan track lainnya.
Saya yakin setiap perjalanan pasti berakhir. Entah di surau peyot ditemani azan yang menyayup atau di sebuah tempat dengan kehangatan yang tak ada habisnya. Mungkin Archiblues juga membayangkan akhir perjalanan itu dalam ‘Sailing On The Sea’. Namun, saya juga yakin bahwa perjalanan mereka masih panjang. Setidaknya untuk 12 tahun lagi.
Leave a Reply