Komentar Jimi Multhazam tentang Buku Kumpulan Puisi Debarbuk

Komentar Jimi Multhazam tentang Buku Kumpulan Puisi Debarbuk

“Buku ini adalah produk ke-2 setelah kaos kolaborasi dengan seniman Soni Irawan. Memuat puisi dari 12 penulis dari latar belakang berbeda. Mereka ini yang sering menjalankan Debarbar,” cerita Richardus Ardita, Pemimpin Proyek (Pimpro) buku.

“Buku ini adalah produk ke-2 setelah kaos kolaborasi dengan seniman Soni Irawan. Memuat puisi dari 12 penulis dari latar belakang berbeda. Mereka ini yang sering menjalankan Debarbar,” cerita Richardus Ardita, Pemimpin Proyek (Pimpro) buku.

Debarbar, kolektif yang kerap melakukan pengkajian sekaligus diskusi musik populer lewat program “Hearing Sesion” merilis buku kompilasi berjudul “Kumpulan: teman. puisi. kenangan” Minggu (27/10/2024) malam di Teko Su. Buku ini diterbitkan di bawah bendera Debarbuk, ruang turunan dari kolektif yang aktif memperdengarkan karya-karya band lokal sejak 2018 itu.

Talk Show kumpulan puisi di tengah peluncuran buku di Teko Su (Foto: Teko Su)

Seluruh penulis dalam buku puisi ini tidak memiliki latar belakang sastrawan. Mereka lebih aktif di area musik dan rupa. Nudiya Muntaza, Richardus Ardita, Aditya Danudja, Nihan Lanisy (Jono Terbakar), Hafid Kurnia, dan Zainal Arifin adalah musisi. Yusuf Novantoro perupa. Surya Haninditya kurator sekaligus penulis seni rupa.

Iradat Ungkai lebih dikenal sebagai sineas. Hanni Prameswari, game tester yang aktif menulis musik. Asyam Ashari seorang fotografer dan penulis musik. Prisca Ziona Huwae berprofesi sebagai brand strategist. Terakhir, Desta Wasesa, bekeja sebagai konseptor media.

Para penulis sebenarnya cukup dekat dengan puisi karena kerap bermain kata-kata. Kendati belum cukup akrab, keberanian dalam menulis puisi ini mendapat apresiasi dari banyak pihak. Dua di antaranya adalah Dr.Muhammad Qadhafi, akademisi sekaligus Direktur Kobuku Yogyakarta dan Jimi Multhazam, vokalis The Upstairs, Morfem, dan Jimi Jazz.

Suasana peluncuran buku di Teko Su (foto: Teko Su)

Dr. Qadhafi merasa para penulisnya bermusik lewat puisi. Buku ini menjadi salah satu cara menusia menepi sejenak dari dunia yang bising. Untuk merayakan setiap hal yang mereka percayai.

“Aku penikmat kata-kata, saling silang dalam kalimat dalam bahasa indonesia dan aku rasa buku ini memenuhi akan dahaga itu,” sambung Jimi Multazham.

Ide buku terlontar begitu saja dalam tongkrongan. Gotong royong dalam membuatnya. Richardus Ardita tidak hanya berperan sebagai Pimpro tetapi juga penata artistik dan sampul depan. Isi dan teks dirapikan lalu diselaraskan Iradat Ungkai.

Resharis, komikus sekaligus desainer grafis menyumbang ilustrasi para penulis. Setelah masuk cetak, Richardus Ardita melengkapinya dengan ‘soundtrack’ diikuti sekian poster bikinan Aditya Danudja. Buku ini dicetak 100 biji lalu dijual Rp63 ribu.