Ada banyak cara merawat ingatan. Terlebih ingatan kolektif yang berulang kali dibengkokkan dan disembunyikan. Ada yang membuat catatan panjang, dibukukan kemudian disebarkan secara terang-terangan. Ada pula yang memindahkannya dalam lagu. Membentuk ulang catatan—dari yang sampai gelap—ke lirik dengan ekspresi linguistik.
Tanda Seru satu di antara banyak kolektif yang merawat ingatan itu lewat ekspresi linguistik. Terbaru, adalah ‘September Hitam’. Untuk mereka yang akrab atau baru-baru ini baru mengenal istilah ‘September Hitam’, bakal mudah memahaminya.
‘September Hitam’ bicara tentang sekian kasus kekerasan, pembunuhan, dan penghilangan paksa, yang dilakukan negara terhadap rakyatnya sendiri. Peristiwa yang tak pernah terang. Rentetan duka dan luka panjang disertai trauma mendalam.
Yang disuarakan dengan lirik yang cenderung lembut, dalam balutan aransemen sederhana. Bermain progresi agar ‘wacana’ yang mereka bawakan terasa muram dan terbantu dengan dialek bahasa ibu yang artikulatif sekaligus emosional.
POV pembuatan lirik seperti para aktivis yang melawan ‘monster’ dalam kamar, lewat layar-layar kaca. Patut diapresiasi, karena hari ini perjuangan harus dari mana saja dan bernilai sama. Di sisi lain, lagu ini juga merepresentasikan hal lain. Mereka berani mengambil sikap—sekalipun tak mempertebal dan mempertegas akses politis—di sisi mana Tanda Seru berpihak.
Leave a Reply