Sejak merilis ‘Veiled’ hingga ‘Yuuki’—berkolaborasi dengan Shi no Tenshi—yang rilis baru-baru ini, Gremory X tumbuh. Cepat. Terutama dalam visual. Eksplorasi mereka terus meluas. Dari harajuku coba-coba hingga visual kei yang mencolok sekaligus dramatis.
Dengan kata lain himpunan visual Gremory X coba mengejar musikalitas mereka yang dikenal rumit tetapi asyik sekaligus ramah dengan pop idol pada umumnya. Pun pada ‘Yuuki’. Mereka seperti anak-anak muda Jepang tahun 80an yang mengokupansi Shibuya setelah kepopuleran visual X Japan dan kawan-kawan.
Sementara ‘Yuuki’ adalah perkara lain. Lagu itu seperti montase yang disusun satu per satu. Jauh lebih berkembang dari ‘Veiled’. Lagu tentang kekerasan seksual pada perempuan khususnya di dunia seni itu dibungkus dalam hibrida orchestra dengan glam yang meminjam sukat progresif rock.
Di tengah aransemen yang rumit itu, mereka memberi ‘bubblegum’ pop yang berfungsi tidak hanya sebagai pemanis sehinga ‘Yuuki’ menjadi single dengan chorus catchy—sekalipun liriknya muram. Gremory X turut merilis trek tanpa vokal ke platform dengar digital, barangkali upaya untuk menyantuni pendengar—musik cadas—yang masih belum bisa menerima persilangan menyenangkan itu.
Leave a Reply