Menolak Lupa: Joao Gilberto
Stan Getz and João Gilberto. Photo courtesy Columbia/JJ Archive

Menolak Lupa: Joao Gilberto

Berakar dari musik Brasil, Joao Gilberto dijuluki O Mito yang berarti sang legenda. Ia mengubah Samba menjadi musik yang identik dengan ketenangan natural: bossa nova. Bossa nova secara harfiah adalah gaya baru—dalam konteks tahun 50an. Disebut gaya baru pada masa itu karena punya alunan tidak umum dan menyajikan citra tropis yang elegan dan memukau.

Suara khas Joao Gilberto terlalu lambat untuk irama Samba. Semasa kecil ia memang mampu mencapai level nada bel canto yang bila diamati berbanding terbalik dengan yang dilakukannya di bossa nova. Gerakan ini tidak sepenuhnya diterima semua orang, bahkan ada yang menganggapnya sakit jiwa. 

Ayah Gil adalah pengagum musik klasik. Menurutnya yang dilakukan Gil sama sekali tidak mencerminkan musik. Hanya beberapa orang yang menganggap bossa nova itu musik. Di sisi lain, harga diri Gil mencegahnya untuk mengambil pekerjaan seperti bernyanyi di klub.

Hidup enggan, mati pun tak mau, kondisi kronis yang mengawali titik balik pribadi Gil. Teman-teman terdekatnya yang sempat mendengar karyanya selalu saja membujuk untuk kembali bermusik. Yang dilakukan Joao Gilberto setiap malam hanyalah mengasah keterampilannya di kamar mandi, memainkan gitar dengan petikan aneh sepanjang malam.

Di kampung halamannya San Francisco, saat ia berjalan-jalan ke tepian sungai seperti mendapatkan ilham. Pada momen itu ia melahirkan Bim-Bom, lagu bossa nova pertama.

Pada akhir 1956 ia kembali ke Rio bertemu lalu beberapa temannya yang sebagian besar adalah musisi untuk mendemonstrasikan musiknya. Ia juga bertemu Tom Jobim, seorang produser yang bekerja di label rekaman  Odeon. Jobim menyadari karya Joao Gil berkesan bukan dari nyanyiannya melainkan keterampilan petikan gitar unik berpola syncopation yang terdengar berdetak seperti petikan gagap.

10 Juli 1958. Gil dan Tom  mulai merekam ulang Chega de Saudade  yang ditulis Vinicius de Moraes dan Bim-Bom dengan rasa bossa nova. Maxi single disebarkan ke beberapa toko musik. Namun, hingga delapan bulan, penjualan nihil sehingga staf  Odeon bersikeras memasarkannya ke klien-klien penting. 

Situasi memburuk. Sebagian klien penting itu merespon bossa nova dengan sumpah serapah. Musik dengan selera buruk,  yang menyimpang dari musik populer di sana. Vokal Gil diejek seperti suara penyanyi yang sedang terkena flu. Ejekan itu ditujukan pada desafinado vokal Gil yang bernyanyi seperti orang berbicara.

Ada keyakinan tentang musik dari ruang-ruang yang dibentuk kebiasaan industri. Musik menyeleksi pendengar sehingga bossa nova berakhir menjadi katalis. Simbol autentik bagi kalangan menengah ke atas. 

Seiring berjalannya waktu, ketenaran bossa nova merambah jauh dari Brasil. Pada tahun 1962 musisi Jazz asal Amerika Serikat, Stan Getz dan Charlie Byrd kepincut mengaransemen musik model ini. Setelah lawatan dari Brazil yang menginspirasi itu, mereka membuat album bernuansa latin pertama berjudul “Jazz Samba” yang hits di tangga lagu populer Amerika selama 70 minggu.

Lyra, salah satu musisi  bossa nova menganggap jazz terlalu banyak terlibat dalam musik tersebut. Ia melanjutkan,  semestinya jazz hanya ditabur saja, seperti bumbu pada makanan. Tom Jobim juga sedikit bergurau karena melihat inklusivitas bossa nova melebar secara definitif menjadi gaya hidup.Dikomodifikasi. Beralih rupa menjadi benda-benda usai dicengkeram kapitalisme. Baginya bossa nova biarlah selalu dan tetap menjadi musik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hingga saat ini Bossa Nova memiliki peran penting dalam perkembangan musik dunia. Termasuk di Indonesia pada beberapa dekade belakang telah banyak memunculkan musisi yang mengendarai genre itu macam Merge Segers, Ermy Kullit, Mondo Gascaro, Ardhito Pramono, dan masih banyak lagi. Bukan tidak mungkin karena gaya khas dari bossa nova memunculkan nuansa autentiknya tersendiri pada setiap pendengarnya. Dan kita harus berterima kasih pada Joao Gilberto.