The Bapuk: Sebenar-benarnya Kelas Menengah
The Bapuk

The Bapuk: Sebenar-benarnya Kelas Menengah

Album konseptual yang ramah sekaligus renyah.

Album konseptual yang ramah sekaligus renyah.

Mini album Menengah ke Bawah yang dirilis The Bapuk Agustus 2025 lalu bukan sekadar kumpulan track hore-hore. Dengan kata lain, tak asal buat. Tidak asal rilis atau sekadar diluncurkan sebagai medium eksistensi para personel yang telah melebihi usia matang.

Menengah ke Bawah konseptual. Membawa banyak semangat musik awal 90an yang populer di televisi Amerika. Rock yang kemudian bingar di Indonesia awal 2000an. Judul album adalah perasan dari enam track yang mereka pajang. Bukan titel yang datang dari semburan hasrat tergesa macam seng penting ono judule (yang penting ada judulnya).

Ya, tentang orang-orang menengah ke bawah. Orang-orang di lorong-lorong sempit kota. Wajah-wajah muram yang dipaksa bertahan hidup di tengah dunia yang cenderung menyingkirkan mereka.

Tentang buruh harian, tukang ojek yang menggigil menunggu penumpang dan pesanan, pedagang kecil yang tak pernah bisa menutup buku hutangnya di warung. Yang mereka punya hanya cinta—yang telah direbut paksa. Mereka berjalan, tapi sesungguhnya tak pernah benar-benar sampai.

Kisah-kisah muram itu dikemas dengan musik yang tak begitu mendung. Dengan progresi akor yang bisa dimainkan di kamar kos-kosan sambil mengutuki kekalahan. “PISD” buat saya paling ramah di kuping zaman. Lagu yang sepertinya didesain buat nyanyi bareng di setiap pertunjukan.