Persilangan kultur musik di Jogja terus terjadi. Kali ini datang dari Eastern Gangster, Kohi Sekai, dan Yokai Wotage. Eastern Gangster adalah band rock asal Jogja yang dikenal mengadopsi gaya ‘mentah’ garage di awal-awal kemunculan. Sementara Kohi Sekai adalah unit idol. Yokai Wotage adalah kolektif seni otaku yang kerap memeragakan cyalume dance.
Sekalipun kental dengan aroma rock barat dan Jepang, lagu kolaborasi berjudul ‘Cermin’ itu menggunakan lirik bahasa Indonesia. “Memang lebih asyik menggunakan bahasa Indonesia karena dari awal juga kami selalu memakai bahasa Indonesia,” kata Garry Mailangkay, gitaris sekaligus vokalis Eastern Gangster.
Kemunculan Yokai Wotake dalam mengekspresikan gerak dalam video musik yang diarahkan Prastiyo Setiawan cukup mengagetkan sekaligus memberi sensasi baru bagi pecinta musik. Setidaknya, mereka yang datang dalam screening video musik ‘Cermin’ di Sleman Creative Space beberapa waktu lalu mengakui demikian.
https://youtu.be/iPraMSnjIpQ?si=k5-zN3WPhtccNXxg
Kolaborasi itu juga menjadi hal baru bagi Kohi Sekai dan Yokai. Dhea dan Fatin, yang mewakili Kohi Sekai tidak berpikir lama untuk mengiyakan ajakan kolaborasi Eastern Gangster. Sebab, sejauh ini mereka tidak begitu akrab dengan rock, terutama garage. “Sangat menantang sih. Kami juga menjadi diri sendiri dalam single dan video musik ini. Pengambilan gambarnya juga cepat banget, di Monjali,” kata Dhea.
Proses produksi lagu ini terekam penuh di studio pribadi Garry antara Maret–April 2025. Tanpa hiruk-pikuk rekaman profesional, Eastern Gangster memilih pendekatan DIY garage rock: gitar fuzz, drum kasar, dan vokal mentah, semua direkam mandiri. “Kami pakai apa adanya, ampli yang sedikit pecah, drum yang cukup vintage, ruangan kecil, tapi energi 100%,” kata Vi (drummer).