The Simone dan Maxi Single tentang Kereta
The Simone

The Simone dan Maxi Single tentang Kereta

The Simone kembali menghidupkan kereta. Bukan sebagai alat melainkan himpunan kehidupan.

The Simone kembali menghidupkan kereta. Bukan sebagai alat melainkan himpunan kehidupan.

Maxi single The Simone: Peron 1–yang berisi dua trek ‘Menanti Rerumputan’ dan ‘Peron 2’—rilisan yang pantas diputar berulang. Disimpan bahkan disatukan dengan daftar putar kesukaan.

Keduanya menyerap britpop yang dipopulerkan Stone Roses dan band-band Inggris setempat di masanya. Di Indonesia, musik-musik semacam itu sempat ditangkap televisi kemudian populer. Bahkan ada beberapa lagu yang jadi soundtrack sinetron komedi.

The Simone hanya menyerap estetika musiknya lalu disesuaikan dengan sintaksis bahasa Indonesia—Kemal Akbar yang sudah menyelami musik seperti ini sejak lama tahu betul caranya. Bukan ala tongkrongan. Tidak terlalu puitik juga tapi cukup dan sesuai kebutuhan. Sehingga, maxi single itu sangat mudah dikunyah. Dimengerti.

Maxi single bertema kereta. Yang pokok sekaligus penting—setidaknya buat saya—adalah mereka tidak memosisikan kereta sebagai alat melainkan bagian dari himpunan kehidupan. Cara pandang yang kini jarang ditemukan, apalagi setelah orang-orang dilarang masuk peron.

Kereta, terutama di lagu ‘Peron 2’ membawa ke era lama. Saat stasiun dan kereta masih kumuh tetapi penuh makna. Era di mana kita duduk bersisian sambil memandangi jendela yang menyimpan pantulan mata ke arah pohon berlari, sawah yang hilang begitu saja, dan rumah-rumah yang hanya sempat kita kenali sebagai bentuk.

Era di mana perjalanan seperti cinta, yang barangkali bukan tentang sampai melainkan soal waktu. Yang menggulung waktu dengan cara berbeda. Tentang kenangan yang ditinggal satu per satu ketika kita duduk dalam jeda. Seperti hidup, yang kadang tak memberitahu apa yang akan datang lebih dulu: pemberhentian, atau kehilangan.