Maya Nilam: Yang Merusak dan Merisak dalam Single ke-3

Maya Nilam: Yang Merusak dan Merisak dalam Single ke-3

Single ini menghadirkan Maya Nilam—yang seolah—berbeda.

Single ini menghadirkan Maya Nilam—yang seolah—berbeda.

Bagi sebagian musisi, lagu adalah tempat menggantungkan kecemasan, marah, dan pemberontakan-pemberontakan kecil. Di zaman sekarang, pemberontakan kecil itu perlu untuk menangkap agar diri kita tidak dikuasai orang lain. Tidak dimakan zaman (maaf) teman.

Maya Nilam pun demikian. Ia menggantungkan pemberontakan kecil—disertai marah dengan sedikit cemas—itu ke single terbaru berjudul ‘Gersang’. Bukan terhadap angkatan bersenjata atau sistem tata negara yang korup melainkan pada lingkungan yang merusak sekaligus merisak. Terhadap lingkaran dan hubungan toxic.

Maya Nilam mengamplifikasi rasa sakit, perspektif, dan kritiknya terhadap sekitar lewat lirik berbahasa Indonesia. Lewat aransemen yang mengingatkan pendengar pada band-band Potlot akhir 90an. Dalam perpindahan mood yang cepat di tengah lagu. Sehingga, ‘Gersang’ seolah memancar Maya Nilam yang berbeda, terlebih pada pendengar yang mendengar rilisan-rilisannya.

Pendengar akan menemukan keyakinan ganda dalam ‘Gersang’. Pertama, pemberontakan memuat banyak sikap yang akan menyelamatkan kita. Kedua, teguhlah, sebab manusia lain tak selalu menyelamatkan kita. Yang minor barangkali penataan suara di area gitar yang terkesan ingin saling mendahului dan memimpin aransemen.

Artwork lagu ini dibikin Firman Prastya (Kara). Ia menangkap isi kepala Maya Nilam dalam ‘Gersang’ lalu memindahkannya ke visual dengan gayanya sendiri. “Aku merespon dengan porsi dan versiku. Menggambar wujud cinta dari masa ke masa, terbentuk dari tawa dan juga perasaan-perasaan lainnya,” cerita Kara.