Setiap revolusi punya jeda. Di Indonesia, jeda itu adalah reformasi. Peristiwa yang membikin semua orang bernapas lega tetapi di sisi lain melahirkan para keparat baru. Penjahat-penjahat baru. Penindasan-penindasan baru. Jeda, sekadar mengganti yang lama dengan tubuh baru.
Saya menarik simpul itu dari ikatan DPMB dan Serigala Malam dalam ‘Refuse’, single anyar yang dirilis bersama video musik ke kanal Youtube Hellhouse baru-baru ini. Mereka—secara sadar dan jernih—mengamplifikasi sikap yang datang dari kemuakan atas realita politik di sekitar hari ini. Politis.
Serigala Malam, buat saya, masih dengan heavy hardcore dan geram, vokal yang menjadi cermin intensitas musik. DPMB juga masih sama: tegas, lugas, menyerang, menghancurkan, lalu meninggalkan tanda tanya. Protes itu dibabar dengan marah yang tidak kurang tidak lebih.
Karakter, sikap, dan provokasi itu ditangkap Hamzah Kusbiyanto dengan cermat. Setiap larik jelas terdengar. Tak ada kata yang dimakan aransemen atau sebaliknya. Sehingga, setelah mendengar lagu ini, kita akan menemukan banyak perihal. Dari kebohongan sejarah, pasal-pasal yang memberangus mulut, dan tentu saja petugas dan pejabat yang selalu datang paling lambat tapi pergi paling cepat.
Leave a Reply