Sitrus memperkenakan diri lewat Baliho Kematian. Single rock yang berupaya menampilkan orkestra ‘sungguhan’ bukan hanya bagian string yang di-dubbing. Sitrus menyuntikkan melodi vokal yang terkesan kaku—di tengah pop dan heavy metal—tetapi punya eksekusi teknis yang baik, manis, ke dalam serpihan pengaruh Messuggah sampai The Gazzette yang ditautkan dengan cermat.
Baliho Kematian dilengkapi ornamen yang berfungsi memberi ruang pada pendengar agar menangkap tema dan lokus dalam aransemen. Lewat bising yang akrab di jalanan: sirine, mesin, dan pistol.
Single tentang meriutnya penegakan hukum. Tentang teror kelompok beseragam yang meluas. Dari rumah-rumah petani sampai ke jalanan perkotaan. Dari jalan dan trotoar menuju ke pabrik. Dari pabrik ke jembatan lalu menyusupi kampus. Dan dari kampus ke bandara.
Area tata suara memang tak terlalu mencolok dan mencokok. Sengaja, kata mereka, trik untuk menyamakan frekuansi ke platform dengar digital khususnya Spotify yang ters menambah jaring kenyaringan suara. Sehingga, cara terbaik mendengarkan Baliho Kematian adalah dengan menambah volume sekencangnya.
Leave a Reply