Memoar 12 Tahun Perjalanan Olski
Olski (Bayu Atha/Stagedoc)

Memoar 12 Tahun Perjalanan Olski

Hiatus adalah sepatah kata yang mampu menceritakan banyak hal di dunia musik, termasuk hangatnya perkawanan.

Hiatus adalah sepatah kata yang mampu menceritakan banyak hal di dunia musik, termasuk hangatnya perkawanan.

Mei 2013. Mas Diki menemuiku, memberikan glokenspiel pinjaman dari Ican, kawan Stand up UNY. Ajakan mengisi beberapa part untuk lagu yang akan dibawakan di acara Gilbert Pohan bersama vokalis–yang gak vokalis amat–bernama Olivia aka Olip aku sanggupi.

Glokenspiel itu ta bawa ke kontrakan kemudian aku mainkan beberapa kali. Dengan basic musik yang biasa-biasa aja, aku merasa cemas memainkan lagu I Will The Beatles. Hingga akhirnya, pagi harinya aku membatalkan ajakan perform mereka dengan alasan sakit kepala.Walau memang sedang pusing gara-gara kehujanan satu hari sebelumnya.

Tapi rasanya aku ingin hadir di malam itu. Dan yak, aku putuskan datang menonton pertunjukan mereka meski masih agak pusing. Genjrengan yang biasa saja. Vokal Olip ditelan suara gitar. Begitulah kesan pertama menonton band ini sebelum ikut ambil bagian di pertunjukan mereka selanjutnya. Tanggal itu pula yang kami jadikan acuan sebagai ulang tahun dari sebuah unit musik bernama Olski.

Kami bertiga sering mendengarkan lagu dari The beatles, She and Him, Inggrid Michaelson sampai Sigur Ros. Ada satu lagu milik Sigur Ros, yang mulanya aku pikir mungkin jadi inspirasi nama band. Judulnya Olsen-Olsen. Tidak aku konfirmasi ke Olip dan Mas Diki karena cuma cocoklogi sih. Beberapa waktu kemudian aku mengetahui bahwa Olski sebenarnya akronim dari nama kami. ‘OL’ dari Olip, ‘S’ untuk Sobeh, dan ‘Ki’ untuk Diki. Singkat dan biasa saja tapi kami selalu senang menyebutkan kata itu. Bahkan enak menjadi sebuah sapaan “hay Ols”.

Setelah gig yang hanya membawakan dua lagu, panggung selanjutnya sudah berani membawakan karya sendiri, hasil penulis lirik canggih Olip dipadu notasi ala Mas Diki. Aku hanya mengisi ornamen saja, sakmadyone. Panggung kedua, kami meminta ‘jatah’ waktu di acara Stand Up UNY yang dibuat bersama teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Magenta Radio UNY. Karena kami abang-abangan disana, tentu langsung diiyakan.

Aku selalu bilang ke banyak orang, bahwa kami sangat beruntung tumbuh di lingkungan itu. Komunitas yang selalu memberi ruang dan dukungan untuk kami. Bahkan di beberapa panggung awal Olski, kawan-kawan dari komunitas (tidak hanya StandupUNY dan Magenta radio, tapi juga StandupJogja) itulah yang sering menonton sampai memberi masukan. Kedekatan kami berjalan sampai sekarang dengan berbagi tempat yang sama dengan teman-teman standup yang sedang membangun IP komedi di Jogja bernama Jiroluger.

Diawali Formasi Duo, Lanjut Trio

Cerita Olski yang empat kali ganti vokalis mungkin sudah ditulis di banyak platform. Namun, tentang Olski empat personel jarang diketahui orang. Lutfiara, dia yang memukul kajon sekaligus banyak memberi warna untuk ilustrasi awal Olski. Lagu berjudul Rindu yang sampai sekarang memiliki stream terbanyak di Spotify & Youtube, video lirik berkosep animasi di lagu tersebut adalah karyanya.

Setelah Lutfiara keluar, Atika masuk. Tidak berselang lama, Atika keluar kemudian Olski kembali ke setelan pabrik: trio dengan Dea sebagi vokalis saat itu. Sebelum Dea ada dua vokalis lain yang mengisi formasi empat personel tersebut yaitu Stella dan Adska.

Memiliki dua album studio dan satu album live rasanya tidak pernah terpikirkan oleh anak kelahiran Wonosobo ini. Jangankan membuat album, bisa manggung walau tanpa penonton saja sudah senang waktu itu. Tidak akan terpikir juga, lagu yang aku putar di Winamp saat SMA akan aku mainkan langsung dengan pembuat lagunya, Mocca.

Perjalanan yang cukup panjang, dari gig kecil ke rigging besar. Lewat pengeras suara secukupnya yang tiba-tiba mati ke sound yang menjalari format orchestra. Rasanya hanya seperti mimpi seseorang yang saat remaja senang mendengarkan musik dalam sepetak kamar ukuran 3×3.

Tahun ke 12, 12 Mei 2025. Di acara yang dipenuhi banyak sekali penonton, Mas Diki dengan tenang mengumumkan bahwa kami akan hiatus sejenak. Cuma kami bertiga, Riri sebagai manajer, dan Titis, suami Dea sekaligus fotografer Olski yang tahu kalau kami akan menyampaikan kabar ini.

Kru dan additional saling tengok, bingung. Hari itu pula kami seperti dalam performa terbaik dikelilingi suasana syahdu, ditemani penonton yang menyenangkan, dan teman-teman hangat yang terus mendukung. Full team. Selain itu, kami membawa keluarga kami. Istri, anak, pasangan dari masing-masing tim. Mungkin ada sekitar 40 orang yang menemani kami di backstage hari itu.

Semoga kamu yang dari dulu, sekarang, dan mungkin nanti masih bisa menunggu dan terus mendengarkan Olski sampai kami kembali. Dengan suasana yang lebih hangat dan energi yang lebih meluap-luap.