Album demo Spaktra: “War Ashes”, yang rilis di Bandcamp pekan pertama Mei 2025 lalu konseptual. Tema yang mereka bawa dikampanyekan dengan padat, simbolik, dan penuh perhitungan. Sehingga, album ini utuh sebagai karya yang bercerita.
Tema dalam album demo sepanjang 18 menit ini adalah kekerasan.Kekerasan dalam perang, di era pagan, saat kekerasan dimanifestasikan dalam banyak dewa. Dari Ares, Mars, hingga Tyr, yang turut dipadatkan artwork bikinan Nicholas Arjulian.
Mereka menceritakan pantulan kekerasan itu sejak track pertama: Allegory Of The Cave. Kata ‘allegory’ sesuai fungsinya di sana. Menerangkan, menyampaikan, memberi sepotong gambaran lewat aransemen yang diantar lewat dark wave. Punya fungsi sinematik menuju Maze of Suffer. Kedua track dihubungkan tema bunyi yang berfungsi menjadi simbol auditif.
Tidak ada kesempatan bernapas ketika Death Assault yang bergaya thrash Bay Area merasuki telinga. Lagu ini memaksa pendengar berpikir tentang kematian. Bahwa tidak ada yang bisa lepas dari kematian dan kematian yang paling menyakitkan adalah ketika nyawa pasukan pendosa dicabik ke langit diantar dentum pentir.
Sin King menutup demo. Lagu ke-4 itu merefleksikan dua cerita yang diceritakan dalam kecepatan tinggi. Kalem di awal kemudian ngebut di pertengahan, perubahan yang sekaligus menandai pergantian suasana dan sudut pandang tokoh dalam lagu.
Dari tiran yang menerima pedihnya kematian—yang buat saya punya kemiripan dengan soneta Shelley berjudul Ozymandias—sampai kemarahan, atau mungkin lebih tepat jawaban tokoh pencabut nyawa terhadap refleksi sang tiran.
Terlepas dari tumpulnya vokal saat peneterasi terhadap musik, saya kira Spaktra dan Anselmus Bagas yang memproduksi demo ini tahu betul bagaimana menggarap sebuah album yang terkonsep, terutama di peletakan track agar berelasi kuat dengan tema dan cerita.
Leave a Reply