Artwork digarap Jiwe (The Kick). Luqman M sebagai pengatur tata letak, Alfian Widi alias Jayus sebagai fotografer dan videografer, Inamul Hasan, Kemal Fadillah, dan Hasan Eko sebagai tim produksi. Ada nama Daniel Ryan (Saxophone) dan Haryo Gumilang (Trombone) sebagai additional player serta dua musisi tamu Paulus Neo dan Yohannes Saptanugraha.
Dari sana saya menarik dua kesimpulan. Pertama, SOY bukan proyek sekenanya. Dan saya melihat SOY juga bukan kendara sementara Dhandy Satria (gitar) usai jarang terlihat bersama Summerchild Trio dan tidak lagi bersama The Melting. Kesimpulan kedua, produksi album ini menyenangkan.
Pertanyaannya kemudian sejauh mana daya jelajah dan langkah SOY ke depan mengingat banyaknya nama yang membantu mereka meramu album pertama ini. Saya memverifikasi dugaan dan pertanyaan itu Senin (12/5/2025) sore kemarin via pesan pendek lalu dijawab Agri Selasa (13/5/2025) siang.
Musikjogja: Aku mendapat kesan bahwa produksi album ini menyenangkan karena berkolaborasi dengan banyak orang, teman-teman. Kalau memang benar demikian, bisakah diceritakan apa saja atau elemen apa yang bikin pengerjaan album ini menyenangkan? Kejutan apa saja yang terjadi di tengah produksi dan lain sebagainya.
SOY: Kalo untuk produksi, jujur menyenangkan dan satset ga pake lama. Mungkin faktornya karena temen-temen, baik personel maupun kolaborator menurutku skillnya oke semua. Privilege banget ini. Bahkan Boim yang jadi kolaborator itu take cuma satu hari take (termasuk ngulik).
Kemudian juga misal take bass pun mandiri karena Batak kerjanya mobile Jakarta-Jogja. Nah privilege lagi adalah kami saling percaya dalam proses pembuatannya. Mungkin karena udah saling kenal kali ya. Jadi gak ada tuh double check, revisi karena gak cocok, atau gimana. Paling cuma preview aja terus udah lanjut gitu. semua percaya kalo masing-masing memberikan yang terbaik aja selama proses rekaman.
Produksi album ini cepat dan singkat. Di luar faktor kedekatan dan tempat tinggal, apa yang bikin kalian ngebut bikin album ini? Di sisi lain, proses ngeband dan blend cukup memakan waktu—setahuku. Dan benarkah album ini menandai perpisahan dengan Darry yang mau pindah ke Padang?
Kalau proses ngeband dan ngeblend, sebuah privilege banget menurutku ketika kami bisa pilih teman-teman yang udah saling kenal tapi belum pernah berproses bersama. Jadi waktu perkenalan gak makan waktu lama, cuma belajar memahami cara kerja atau proses masing-masing saja.
Itu pun gak lama. Untuk penanda perpisahan? Kayaknya enggak juga sih. Karena memang kami punya komitmen SOY gak akan mengeluarkan personil kecuali kasus berat seperti kriminal (abuse, penggelapan, dsb).
Kami malah menambah orang supaya bisa saling proses dan sharing. Meski mereka jauh, tetep kontribusi kok dalam proses produksi. bahkan ini belum setahun kami udah ketambahan satu personil, Atta, yang mewakili Bima (pulang ke kalimantan). Kalau misal semua personil hadir, ya seru malahan ada dua keys dan dua drum hihihi.
Nah, soal proses kreatif dalam penulisan lirik. Berapa persen lirik yang ditulis relevan atau mereplikasi masa muda (seperti yang teman-teman tulis dalam rilisan pers) kalian sendiri? Berapa persen yang fantasi? Diperas dari mana pengalaman dan pengamatan itu ketika dipindah ke teks?
Sejauh ini untuk penulisan lirik representatif sih dengan pengalaman kolektif personil SOY. Walau ditulis dominan oleh dhandy dan sedikit dari aku, dia masih suka konsul ke teman-teman juga, apakah oke atau tidak.
Untuk lirik lagu Sol, Dhandy sadur dari tulisan St. Francis di akhir 1800an. Sebagian besar lirik itu berasal dari fenomena withdrawal yg dialami Dhandy terus aku perhalus bahasanya dan ditambah pengalaman-pengalaman ‘spiritual’ dalam menjalani hidup supaya lebih halus landingnya dan lebih relate aja.
Maksudku, ini lagu soal substance banget, gak mungkin kasih lirik blak2an, aku pribadi takut malah jadi contoh “oooh keren ya begitu”.
Apakah kawan-kawan SOY juga mendengarkan band-band kekinian lalu menjadikan mereka sebagai referensi?
Jujur agak bingung dengan makna “kekinian” tapi kami masih dengerin sih misal Sticky Fingers, TOI, Ocean Alley, Bob Marley untuk jadi referensi. Kalau band temen-temen di Jogja, kami dengerin dan berusaha nonton ketika ada waktu itu yang pasti Jeblogs dan The Kick! Untuk mencontek energinya yang luar biasa itu sih hahahahahahahha, tapi masih banyak banget band bagus dari Jogja macam Cosmic Soul, The Peal, Flmbyn, Marsmolys, Taut, Gremory, Japamantra, Port Moresby, Autumn Hopes, Obatbius.
Terakhir, ini sedikit personal. Dhandy Satria, buatku musisi satu album dalam proyek-proyek yang ia pimpin secara musik. Summerchild Trio, satu album. Pun bersama The Melting Minds. Red Pavlov kalau tidak salah belum sempat album (atau sudah aku lupa). Di sisi lain, kedekatan antarpersonel yang tumbuh karena berada dalam satu lingkungan punya faktor risiko yang besar: bosan dan gampang tersulut konflik.
Pertanyaannya, sejauh apa komitmen Dhandy pada SOY? Lalu apakah memang sudah ada rencana yang terjadwal untuk membuat album selanjutnya? Sepanjang apa napas SOY kira-kira?
Iya, sepakat bahwa sebuah projekan sangat rawan tersulut konflik, karena setiap individu tumbuh dan sering kali ke arah yang tidak bisa ditebak. Untuk project SOY ini mengandung banyak nafas terakhir dari para personil (khususnya Dhandy) karena kami start dari status yang sifatnya post-graduate.
Gejolak muncul bukan dari tekanan satu arah, tapi segala arah soal keluarga, relasi, pasangan, dan pekerjaan. Jadi kami menjalani SOY dengan lebih dewasa dan kompromi. Jadi bisa dipastikan akan bernafas sangat panjang. Untuk menjamin umur SOY, kami sepakat bahwa kami berfokus pada pengkaryaan karena pola berkaryanya sudah terbentuk.
Sekadar info, tanggal 25 april lalu kami merilis album “Flying Colors” dan per tanggal 12 mei ini kami sudah mengumpulkan dua materi baru yang sudah direkam secara demo untuk album kedua kami. Untuk album kedua ini mungkin prosesnya akan sedikit rumit karena kami punya keinginan untuk semua personil di dalam SOY menulis lirik untuk satu track yang akan mereka sutradarai.
Hal ini kami lakukan untuk membuat kesadaran pentingnya royalti yang dihitung dan diurus oleh pembuat lirik atau komposisi bahwa sebuah karya memiliki nilai ekonomi yang mungkin bisa menunjang beberapa kebutuhan yang dibutuhkan dan juga mengasah keberanian per personil untuk berekspresi dengan apa yang mereka pikirkan.
Kami merasa ada sistem “saling” di dalam SOY, kami ingin saling bisa menguatkan, mendukung, dan berkompromi terhadap segala bentuk ekspresi dan perasaan teman-teman di dalam SOY baik para pemain ataupun tim. Karena kami berdoa ketika kami bisa saling membantu orang yang terlibat didalam SOY suatu hari kami bisa beranjak untuk membantu orang lain ke skala yang lebih besar.
Leave a Reply