Coldhaven: Evenfall

Coldhaven: Evenfall

Lawan terbesar Coldhaven saat ini hanya waktu. Setangguh dan sekuat apa mereka ketika bertarung di industri musik digital lewat album ini.

Lawan terbesar Coldhaven saat ini hanya waktu. Setangguh dan sekuat apa mereka ketika bertarung di industri musik digital lewat album ini.

Coldhaven adalah komoditi panas di Asia dan Amerika usai merilis ‘Sea Of Memories’ sekitar dua tahun lalu.  Mereka meniupkan angin segar bagi penyuka—meminjam penyebutan media di Amrik sana—musik metal elektronik yang sedang bosan dengan formula yang dipopulerkan We Came as Romans dan band-band sejenis.

Tahun ini Coldhaven memperdalam peneterasi lewat album penuh bertajuk Evenfall. Album itu berisi sebelas track, termasuk ‘Sea Of Memories’ dan single yang mereka lempar dalam dua tahun terakhir.

Mendengarkan album ini seperti menyimak cerita panjang yang dimulai dengan kata ‘alkisah’ ditutup frasa ‘demikianlah mereka’. Sebuah album padat yang cukup berat tetapi teramat sayang jika terlewat. Setiap track punya kekuatan masing-masing tetapi setara.

Breakdown agresif dengan transisi yang nyaris tanpa cela dikombinasikan dengan kehangatan pads dan serbuan synth tajam. Semua bukan tentang prasyarat untuk memenuhi identitas artistik saja melainkan didesain untuk meningkatkan pengalaman sekaligus menggiring interpretasi dengar setiap tema yang diantar lewat vokal Argha Dicandra yang berada di antara Oliver Sykes dan Sam Carter.

Buat saya Evenfall bukan hanya tonggak untuk Coldhaven. Evenfall adalah kendara yang bisa mengantar mereka ke ujung dunia. Dengan catatan sederhana: jangan sampai kehabisan bensin sehingga mesin dingin.