Fashion memang nggak ada habisnya. Berkat teknologi yang lagi ngebut-ngebutnya, setiap orang bisa mengakses atau terpapar mode-mode kekinian. Hasilnya, wah, sekarang hampir sebagian besar anak muda sadar mode.
Bicara fashion sama halnya ngomongin waktu. Sebab nggak ada habisnya, terus berputar. Sejalan dengan teori siklus yang dipopulerkan Oswald Spengler. Teori siklus ini secara sederhana dipahami sebagai perulangan zaman. Oswald tuh yakin bahwa tatanan sosial dan budaya pop saat ini disusun atas banyak perulangan tak terencana.
Fashion mengacu pada bagaimana tren berkembang dalam pola yang berulang tetapi tidak presisi dengan zaman ketika gaya tersebut lahir di masa silam. Memang cuma muter tetapi selalu ada sedikit perubahan atau perkembangan sesuai zaman yang lebih maju.
Aku ambil contoh baggy style deh. Baggy yang tren era 1990-an itu sedang populer lagi sekarang. Dari anak kecil sampai orang tua mengenal lalu nongkrong pakai baggy style. Menurutku baggy mewakili kepraktisan sama anak sekarang karena gampang dipadukan dengan atasan jenis apapun.
Dari situ bisa kita lihat bahwa tren gak hilang. Tren berinovasi. Mode lama kembali dalam bentuk yang lebih seger. Kedatangan tak terencana itu meluas lalu bertahan lama karena hegemoni. Difabrikasi dalam mesin-mesin macam Instagram atau Tiktok lewat konten influencer atau yang sekarang sering disebut KOL.
Sering gak sih nemu konten mengenai outfit check, mix and match outfit, sampai susunan kelas sosial atau pekerja sesuai brand sepatu di lini masa? Mereka mengantar sensasi-sensasi lewat fashion. Seolah kita naik kelas ketika make brand atau gaya tertentu.
Fashion memang memicu pertumbuhan bisnis di sekitarnya. Premisnya simpel, bahwa setiap orang berhak tampil keren. Tak peduli kelas dan gaji. Untuk kelas menengah dan menengah ke bawah, jangan khawatir karena awul-awul yang beralih rupa menjadi thrift shop adalah jalan tengah mencapai tujuan serupa. Alternatif bagi orang yang ingin tetap stylish dengan harga terjangkau tanpa membolongi kantung.
Tulisan ini bukan soal baik atau buruk sih. Soalnya fakta di lapangan ngomong begitu. Fashion muterin zaman, berinovasi, kemudian disebarluaskan sehingga memengaruhi selera.
Leave a Reply