Vortex Of Hatred membuka portal menuju album “Galat” yang rencana rilis pertengahan tahun 2025 ini lewat single sekaligus video musik berjudul Mencekik Doksa. Video musik sudah rilis dua pekan lalu ke saluran YouTube mereka. Diarahkan Kurniaji Satoto aka AJX, vokalis Vortex Of Hatred diasisteni Bayu Aji S.
Single ini mereka harap bisa memberi sedikit gambaran tentang “Galat”. Produk yang mengintegrasikan estetika death metal dan metal core dengan sedikit ornamen orkestra. Upaya untuk mempertebal suasana muram yang dialih visualkan dengan cukup baik.
Mencekik Doksa buat saya memberi gambaran utuh tentang mekarnya kreativitas. Selaiknya band-band metal lain, mereka memasak lalu menyajikan rasa yang diantar lewat beragam teknik, dari letupan drum, lapisan gitar, konversi suara bass, dan geraman vokal dipagari estetika dan ukuran—yang mereka sepakati—tertentu.
Yang menarik bukan di area musiknya tetapi tema yang dieksekusi dengan dingin dalam lirik. Liriknya puitik, jauh lebih muram dari aransemen. Mereka memadatkan wacana doksa: seperangkat kepercayaan yang diproduksi terus menerus oleh penguasa untuk mengukuhkan dominasi.
Contoh, setiap orang beragama dilarang mempertanyakan wahyu-wahyu dalam alkitab. Penulis baru bisa dikatakan penulis bila mendapat pengakuan dari lembaga. Musisi baru bisa dibilang musisi bila mendapat sertifikat dari organisasi musik, lembaga, dan lain sebagainya.
Doksa—yang dalam kepala saya—mengantar pada banyak peristiwa berdarah yang membuat negara berhutang maaf dan keadilan bagi para korban. Dari repatriasi 50an, tragedi 65, pembangunan TMII 1973, Malari 1974, Petrus 1982, Talangsari 1989, pembiaran konflik horisontal di Medan 1994 dan 1998, Kudatuli 1997, penembakan Tri Sakti, penculikan, dan penghilangpaksaan 1998 dan 1999, konflik SARA tahun 2000an, Munir, serta peristiwa lain yang alpa dalam ingatan setiap orang.
Disambangi larik macam hantu-hantu tragedi menolak reinkarnasi atau kutuk aku dengan liturgimu/ayat tabu atau puisi pilu/sebelum lenyap kau di ceruk gelap/cecap amis dan pahit neraka/ rasanya seperti mendengar angkara mereka yang menolak mati. Kemarahan kekal yang turut mengandung kepedihan.
Leave a Reply