Lagu-lagu yang sengaja dirilis menyambut Ramadan biasanya seperti ini: balada, bertempo lambat, dengan lirik yang mengajak pendengar bertobat atau pujian untuk Tuhan dan Rasul. Selanjutnya, ia tidak cair dengan kata lain sulit dikeluarkan dari konteks Ramadan.
Dalam beberapa tahun terakhir formula usang itu mulai ditinggalkan. Lagu-lagu yang dirilis menyambut atau bahkan aji mumpung alias menyesuaikan momen, makin beragam. Tema kaya, tak melulu ontologis dengan kata lain berhenti di baik-buruk, hitam-putih.
Satu di antara band yang melakukan itu adalah Poem Bengsing lewat album berjudul Salimsik. Pivotnya adalah tradisi yang masih dilakukan di tengah kepungan nilai barat—yang kadang menjebak dalam wacana kesetaraan di lain sisi menawarkan ekslusivitas—. Judul album merepresentasikannya dengan tepat.
Judul album: “Salimsik” menarik dan terkesan nakal. Salim, dimengerti sebagai rutinitas sehari-hari sebagian kecil masyarakat Indonesia. Mencium tangan orangtua atau sosok yang dihormati.
Salim, dalam realita tongkrongan hari ini, bisa dimaknai juga sebagai penghormatan pada seseorang yang berjasa atau punya rekam mengagumkan. Salim tidak terikat umur. Tidak melulu mencium tangan, sebab sebagai bahasa maknanya luas. Bisa selesai di teks saja.
Album ini seperti kandungan dalam judulnya, memuat realitas hari ini khususnya masyarakat Jawa yang masih memegang teguh etiket kultural dalam kehidupan sehari-hari. Lagu Bersih Diri misalnya, yang meluncur bersama video musik di saluran YouTube mereka, memapar padusan.
Tema itu mereka angkut dalam keceriaan musik pop dengan lirik sederhana. Formula serupa dipakai dalam Ayo Sahur. Sekalipun warisan lirik para pendahulu masih terasa, tak ada ketegangan di sana. Pivotnya masih sama, tradisi akamsi membangunkan warga sahur dengan peralatan seadanya disajikan lewat keceriaan musik dan visual.
Ada lima lagu lagi yang akan diluncurkan. Mereka bilang dirilis secara bertahap disesuaikan dengan judul dan momentum. Terdekat, ada lagu berjudul Bahagia Berpuasa. Memaknai puasa sebagai laku yang dalam tradisi Jawa adalah daya dan upaya mencapai kesempurnaan.
Semua disajikan ringan, khas tongkrongan. Maka, nikmatilah setiap lagu yang mereka keluarkan dengan perasaan bahagia. Dengan hati yang berdepa-depa.
Leave a Reply