The Kick: Ada Banyak yang Lebih Penting dari Perkara Populer
Talk Show bersama The Kick dan Fakelab (foto: Mohammed Aneffio Elsina)

The Kick: Ada Banyak yang Lebih Penting dari Perkara Populer

Bagi The Kick, bikin musik bukan soal kompetisi dan persaingan bisnis. Ada yang jauh lebih penting dari dua perkara itu. Lebih sakral dari angka-angka di platform dengar digital.

Bagi The Kick, bikin musik bukan soal kompetisi dan persaingan bisnis. Ada yang jauh lebih penting dari dua perkara itu. Lebih sakral dari angka-angka di platform dengar digital.

Talk Show super kolaborasi Fakelab YK X The Kick yang dihelat di VRTX Sabtu (22/2/2025) malam tidak sekadar membicang boxset spesial yang diproduksi terbatas. Para pendengar dan penggemar The Kick juga memanfaatkan pertemuan hangat itu untuk menanyakan banyak hal, dari produksi musik sampai kritik.

Jiwe (vokal), Boher (gitar), Ammar (gitar), Adit (bass), dan Rizki (drumer) menjawab setiap pertanyaan yang dimoderatori Desta Wasesa musikjogja.id dengan tangkas, lugas, dan apa adanya. Tak ada jarak antara mereka dengan penggemar. Tak ada rasa sungkan atau jaim. Nilai macam itu bukan gaya mereka.

Pertanyaan pertama soal album baru tahun 2025 ini sekaligus musik yang akan mereka usung. Apakah akan lebih banyak membuat lagu dengan kecenderungan pop yang kuat atau seperti gaya mereka. Pertanyaan dari seorang kawan itu kemudian dikaitkan dengan upaya memperluas pendengar dalam album yang sedang direkam di Watchtower Records.

“Kalau tujuan kami bermusik hanya untuk mencari angka, pendengar, ya gampang. Bikin saja lagu seperti ‘Raya’. Tapi sebagai seniman musik, di mana tantangannya? Kami akan terus membuat musik dengan apa yang kami yakini,” jawab Jiwe.

The Kick ketika ngobrol santai di peluncuran kolaborasi boxset (Foto: Mohammed Aneffio Elsina)

Pendengar musik The Kick terbagi menjadi dua faksi. Pertama, yang menyukai lalu menganggap album Suburban Teror adalah sebenar-benarnya The Kick. Pokoknya The Kick banget. Kedua, sebaliknya, lebih cocok dengan Rangsang.

“Tiap album akan akan menemukan jalannya sendiri. Selama lagu-lagu kami di album apa pun itu bisa menemani dan menyemangati teman-teman buat kami itu sudah lebih dari cukup,” sambung Jiwe.

Terlontar pula pertanyaan nakal nan kritis. Soal angka dan kepopuleran. Upaya The Kick mengejar The Jeblogs yang dirasa lebih populer padahal keduanya muncul di tahun yang sama. Bagi The Kick, bikin musik bukan soal kompetisi dan persaingan bisnis. Ada yang jauh lebih penting dari dua perkara itu. Lebih sakral dari angka-angka di platform dengar digital.

“Sampai di sini ini yang lebih memuaskan adalah kami punya ‘anak’ seperti The Peal, The Wirox, dan band-band lain yang tumbuh di lingkar setempat. Kami saling menyemangati dan mendukung satu sama lain. Yang seperti ini lebih penting dari mengejar populer atau apa pun. Satu lagi, kami akan terus berdiri dengan kaki sendiri,” tutup Jiwe.